Kegagalan yang membawaku sampai UTM

Kelulusan yang tidak berkesan membuat saya ingin memulai hal baru dengan berkuliah. Keberuntungan berpihak kepada saya , saya mendapatkan kuota snmptn dan saya mengambil Universitas Negeri Malang  jurusan Pendidikan Sosiologi tetapi saya kurang beruntung saya gagal dan tertolak . Selanjutnya saya mengambil lagi jurusan Pendidikan Sosiologi di Malang tetapi gagal lagi .Saya sedih dan tertekan , saat melihat hal tersebut . Saya pasrahkan semuanya kepada sang kuasa jika saya mengambil mandiri kasian orang tua saya sehingga saya memutuskan untung gepyear.  Gepyear adalah keputusan yang tidak mudah karena saya harus berdiam diri dirumah selama 1 tahun dengan menahan ingin berkuliah seperti teman teman saya.  Saat memasuki masa UTBK saya daftar dan memantapkan pilihan saya di Malang lagi , kenapa harus malang ? Karena malang adalah kota impian saya untuk menempuh pendidikan . Tidak saya taruh kan harapan di Malang saya memilih pilihan kedua Di Madura Di Universitas Trunojoyo Madura dengan mengambil Sosiologi murni . Saya berharap saya bisa masuk Universitas negeri malang karena 2 kali nya tertolak ternyata untuk ketiga kalinya saya gagal lagi . Akhirnya saya diterima di Utm dengan berbagai pertimbangan karena yang saya ambil sosiologi murni bukan pendidikan mungkin akan begitu sulit dan sebaliknya. Yakin dengan pilihan hati dan restu orang tua akhirnya saya ambil di Utm dengan pasrah terhadap garis takdir sang kuasa . Hingga saat ini saya menjalin kehidupan di Madura dengan hati yang sudah terbiasa dengan keadaan dengan rasa syukur saya dapat diterima di universitas negeri meskipun bukan universitas impian saya.
SMA PGRI 1 Jombang adalah sekolah yang saya pilih untuk melanjutkan jenjang selanjutnya setelah melewati masa SMP 

Saat saya baru lulus SMP saya ingin melanjutkan pendidikan saya di SMK , karena notabenya saya ingin bekerja dan tidak kuliah tetapi Tuhan berkehendak lain . Akhirnya saya bersekolah di SMA PGRI 1 Jombang atas dasar keinginan orang tua saya dan yang pastinya kehendak yang maha kuasa . Pertama kali saya menginjakkan kaki di SMA PGRI 1 Jombang , saya sangat kaget karena berada di daerah perumahan yang notabenya sekolah berada di depan jalan raya  tetapi ini di kawasan perumahan . Saat awal pertama saya tidak ingin berada di SMA tetapi sudah terlanjut di SMA , saya mengambil jurusan IPS karena saya melihat ke solid an saat saya melihat kakak kelas saya yang mengambil jurusan IPS. 

Sejak awal mental terpaksa saya menjadi terbiasa , sehingga saya menekuni kegiatan SMA sehari hari dengan senang hati. Dalam pikiran saya ditempat mana pun kita belajar tergantung diri kita sendiri, bukan tergantung sekolah kita. Menginjak pergantian kelas saya sangat tidak senang karena apa? Karena terdapat wabah corona yang membuat saya harus melakukan pembelajaran berbasis daring padahal saya baru setahun akrab dengan teman saya sekelas, tetapi sudah online saja. Sampai menginjak kelas 12 pun masih tetap online sehingga saya tidak merasakan keseluruhan masa SMA . Pembelajaran yang semula disekolah menjadi dirumah cukup dengan absen Google Classroom sudah di nyatakan masuk sekolah. Hari demi hari saya lewati dengan hampa tanpa terkecuali karena tidak adanya interaksi antara saya dan guru apalagi teman . Materi pembelajaran yang seharusnya masuk ke otak malah masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri karena zoom meet dan membuat saya tidak memahami pembelajaran. Kelas yang dahulu ramai menjadi sepi karena online kelas pelajaran yang semula asik menjadi membosankan sampai akhirnya saya lulus pun tidak berkesan karena pandemi tersebut , tidak menyalahkan siapapun atas pandemi covid 19.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Budaya dalam keluarga

Barikan